PEMIKIRAN KETUM PBNU, KH. YAHYA CHOLIL STAQUF TENTANG GAZA PALESTINA

PEMIKIRAN KETUM PBNU, KH. YAHYA CHOLIL STAQUF TENTANG GAZA PALESTINA 


Saya memahami pernyataan Presiden Prabowo tentang warga Gaza itu sebagai “initial statement of goodwill” (pernyataan itikad baik yang disampaikan di saat awal). Yang intinya adalah komitmen dan kesediaan Indonesia untuk berkontribusi apa pun yang mungkin untuk menolong Palestina. Yang akan terjadi selanjutnya adalah proses-proses negosiasi yang berliku.

Setelah penghancuran, siapa yang bertanggung jawab untuk pemulihannya kembali? Apa bentuk tanggung jawabnya? Bagaimana mekanismenya? Semua itu adalah pembicaraan yang harus dituntaskan dan dijalankan sampai masalahnya benar-benar terselesaikan demi kepentingan manusia-manusia Palestina, baik menyangkut kesentosaan mereka maupun martabat mereka.

Jangan lupa bahwa Presiden menyebut syarat “persetujuan semua pihak”. Itu berarti bahwa Pemerintah Indonesia tetap berpegang pada prinsip “multilateral framework” (kerangka kerja yang melibatkan banyak negara) dalam penyelesaian masalah-masalah internasional, dan tidak akan melakukan tindakan sepihak.

Keadaan warga Palestina saat ini sangat mengenaskan. Normalnya, mereka membutuhkan “immediate relief” (pengentasan segera) dari keadaan mengenaskan saat ini. Setiap orang yang melihat gambar anak-anak Gaza, pasti merasa terdorong untuk membawa mereka dan menyediakan pengasuhan yang layak. Tapi bagaimana dengan jaminan bahwa mereka tidak akan kehilangan tanah air? Disitulah kerangka kerja multilateral menjadi mutlak.

Tidak perlu telalu terpengaruh oleh retorika Presiden Trump yang bernada “ethnic cleansing” (pembersihan etnis). Kalaupun Trump benar-benar memaksudkan apa yang dia katakan, Amerika atau pihak mana pun tidak mungkin bisa melakukan tindakan sepihak dalam soal ini tanpa memicu perang dunia. Dan tidak ada orang waras yang menginginkan perang dunia.

Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan, tanggung jawab seluruh umat manusia. Saya menyeru agar setiap manusia memikirkan masalah ini dari sudut padang kemanusiaan, kemudian mencari jalan penyelesaiannya dengan pertimbangan kemanusiaan.

Kita memang memendam emosi luar biasa terhadap tindakan-tindakan Israel. Tapi demi kepentingan kemanusiaan, kita harus berpikir dengan kepala dingin untuk menemukan jalan keluar yang paling mungkin dan lebih selamat bagi seluruh umat manusia dan peradaban.

Apakah 1000 warga Palestina sungguh segera diterbangkan ke Indonesia? Jalan kesana masih berliku. Bahkan bisa saja nantinya justru disepakati cara lain yang lebih baik untuk menolong warga Gaza. Yang penting, dalam masalah ini dan masalah-masalah internasional lainnya, Indonesia tidak boleh menyerah dari kewajiban untuk “ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” dan dari perjuangan untuk menjadikan nyata bahwa “penjajahan diatas dunia (harus) dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.

Kemanusiaan tidak boleh kalah. (KH. Yahya Cholil Staquf )

Disadur oleh Edi Saputra, S.Pd.I

Komentar

Postingan Populer