Menjawab Keraguan Ber-NU (1)
1. NU bukan sekedar organisasi atau perkumpulan, tapi ia adalah potret Islam yang rahmatan lil'alamin. Maka berkhidmah di NU mendatangkan keberkahan dan kemaslahatan bagi agama dan bangsa.
2. Jangan hiraukan anggapan ngawur yang menyatakan "Tidak usah NU-NU an, yang penting Ahlussunah wal Jama'ah. Ini sangat keliru. Sebab jika faham Aswaja tidak diperjuangkan dalam sebuah organisasi, maka faham itu bisa saja hilang. Seperti Negeri Hijaz (sebelum diganti dengan nama Arab Saudi) yang awalnya menganut Aswaja. Namun setelah dikuasai oleh Raja Ibnu Sa'ud yang berpahaman Wahabi, maka paham Aswaja serta merta diganti dengan paham Wahabi, akhirnya nasib paham Aswaja tersingkir dari Arab Saudi. Tapi jika paham Aswaja diwadahi dan dirawat oleh sebuah organisasi seperti halnya NU di Indonesia, maka paham Aswaja akan bisa tetap eksis.
3. Tidak setiap yang tradisinya Aswaja, itu N.U. Seseorang dianggap ber-NU jika memiliki setidaknya 3 komponen yaitu amaliyah atau tradisinya Aswaja, juga harakah (gerakan) dan fikrah (pola pikir)nya juga harus sesuai dengan ajaran NU.
4. NU organisasi yang penuh berkah dan diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya karena berjasa pada dunia Islam telah menyelamatkan makam Rasulullah Saw dari penggusuran Raja Arab Saudi yang menganut faham Wahabi.
5. NU berjasa besar pada negara dan bangsa ini. Para ulama NU dan pengikutnya telah ikut berjuang merebut kemerdekaan RI dari tangan penjajah serta mempertahankan kemerdekaan dari serangan tentara sekutu dan Belanda yang ingin berkuasa kembali. Juga mendidik dan mencerdaskan anak bangsa lewat lembaga pesantren dan sekolah, ikut mensukseskan program-program pemerintah.
6. NU selalu dilindungi oleh Allah dan para kekasihnya (waliyullah) melalui berkah dakwah, perjuangan dan dzikir istighosah warga NU (Nahdhiyin dan Nahdhiyyat). Maka siapa yang membenci NU pasti akan hancur. Sejarah membuktikan mulai dari kelompok Masyumi, DI/TII, PKI, Penguasa Orde Baru, ha te 1 dan ef pe 1, semua yang membenci NU tersebut sudah bubar.
7. NU itu organisasi terbesar di Indonesia dan dunia. Menurut survei LSI (Lembaga Survei Indonesia) tahun 2019, NU memiliki pengikut sekitar 49,5 % alias setengah warga Indonesia adalah NU. sedangkan Muhammadiyah hanya 4 %, dan golongan yang selalu nyinyir kepada pemerintah yakni kelompok 212 itu hanya 0.7 % dan ef pe 1 hanya 0.4 %. Jadi NU sangat mudah diterima oleh sebagian besar rakyat Indonesia karena ajaran-ajaran yang moderat, menghargai perbedaan keyakinan, mengapresiasi budaya dan mengembangkan dakwah yang sejuk, ramah, dan menggembirakan.
Alhamdulillah di dunia internasional, cabang-cabang istimewa NU (PCINU) sudah berdiri di lebih dari 20 negara termasuk di negara yang menjadi asal dan basis paham Wahabi yakni Arab Saudi. Ini menandakan NU banyak diterima oleh warga negara lain sebagai organisasi Islam yang moderat, santun dan mengusung perdamaian dunia.
8. Kendati NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia yang pernah didiskreditkan, ditindas atau dipinggirkan perannya oleh Penguasa Orde Baru, tapi NU dengan doktrin Aswajanya tidak ada niat sekalipun untuk memberontak terhadap pemerintah yang sah atau mengganti sistem pemerintahan dengan sistem khilafah.
Warga NU taat terhadap instruksi Rasulullah Saw yang menyatakan wajib hukumnya untuk taat dan mendengar kebijakan-kebijakan pemerintah yang sah baik kebijakannya itu disukai atau tidak, selama pemerintah tersebut tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Kemudian, bagi NU dasar negara Pancasila ini sudah final dan sesuai butiran sila-silanya dengan intisari ajaran Islam.
9. Tidak benar NU itu hanya amar makruf (menyuruh kebaikan) saja, tapi tidak nahi mungkar (melarang kemungkaran/kemaksiatan).
Sejatinya ulama NU menyadarkan orang dari kemaksiatan itu dengan cara yang bijak, lembut, merangkul bukan memukul, ramah bukan dengan marah, berdakwahnya menggunakan fiqh dakwah ala Rasulullah Saw sehingga orang yang jahat atau tukang maksiat itu disentuh sisi-sisi kemanusiaannya, merubahnya secara bertahap, membalas keburukannya dengan kebaikan, mendoakannya dengan tulus. Dengan begitu pendosa tersebut dapat insyaf dan bertaubat kepada Allah dengan penuh kesadaran bukan paksaan.
10. Siapa yang mengurus dan memperjuangkan NU, niscaya akan berkah usahanya. Pembuat lambang NU, KH Ridwan Abdullah berkata: "Jangan takut tidak makan kalau berjuang mengurus NU. Yakinlah ! Kalau sampai tidak makan, komplain aku jika aku masih hidup. Tapi kalau aku sudah mati, maka tagihlah ke batu nisanku." Selain itu, pejuang NU tersebut akan diakui sebagai santri Hadrotus Syaikh KH.Hasyim Asy'ari, serta ia dan keturunannya didoakan oleh pendiri NU tersebut sebagai hamba Allah yang soleh-solehah dan husnul khatimah. Bersambung....
Oleh Cep Herry Syarifudin