Khutbah Jumat: Islam dan Budaya dalam Perubahan Zaman
Naskah khutbah kali ini mengingatkan kita untuk senantiasa arif dan bijaksana dalam beragama khususnya terkait dengan keragaman budaya yang dimiliki umat manusia. Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam sangat menjunjung tinggi keragaman budaya.
Beragama dan berbudaya bukan hal yang berlawanan dan dihadap-hadapkan sehingga keduanya bisa berjalan beriringan. Budaya bangsa Indonesia telah terbukti menjadi piranti tepat yang digunakan oleh para wali untuk berdakwah sehingga kita bisa menikmati manisnya agama Islam saat ini. Ini menjadi bukti Islam dan budaya bisa terus berpadu melewati perubahan zaman.
Khutbah Jumat ini berjudul: “Khutbah Jumat: Islam dan Budaya dalam Perubahan Zaman.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi) Baca Juga: 'NU Mampu Selaraskan Islam dan Budaya'
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ.
أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : وَمَا أَرْسَلْنَاك إِلَّا رَحْمَة لِلْعَالَمِينَ .
Jamaah Jumat rahimakumullah Menjadi kewajiban bagi setiap khatib untuk selalu mengingatkan kepada seluruh jamaah wa bil khusus kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dalam artian menjalankan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan langkah ini mudah mudahan kehidupan kita di dunia akan senantiasa mendapatkan ridha dan petunjuk dari Allah swt.
Pada momentum mulia ini juga mari kita bersama-sama menata niat, menata hati kita hadir di majelis ini untuk semata-mata beribadah kepada Allah swt melalui rangkaian khutbah dan shalat Jumat berjamaah. Jangan sampai niatan kita hadir pada majelis ini karena keterpaksaan atau hanya untuk persinggahan beristirahat sementara.
Apalagi memanfaatkan waktu ketika khatib menyampaikan materi khutbah untuk tidur dan ngobrol di dalam majelis Jumat. Semestinya kita mendengar dan memahami dengan seksama serta melaksanakan apa yang selalu disampaikan oleh para bilal atau muazin Jumat.
Setelah adzan pertama sebelum khatib naik mimbar mereka mengingatkan kita dengan beberapa hadits Rasulullah mengenai kewajiban untuk mendengarkan khatib dan tidak berbicara ketika khatib sedang berkhutbah.
Salah satunya disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْت
Artinya: “Apabila engkau katakan kepada temanmu pada hari Jumat (kata) 'diamlah' sewaktu imam menyampaikan khutbah, maka sesungguhnya hilanglah Jumatmu.”
Jamaah Jumat rahimakumullah
Dalam kehidupan kita di dunia ini, petunjuk dari Allah swt sangatlah penting sebagai pedoman untuk menuntun kita ke arah kehidupan yang teratur dan terarah. Dengan petunjuk dan tuntunan ini, kita akan memiliki rambu-rambu dalam menempuh kehidupan ini, sekaligus apa yang kita lakukan nantinya akan senantiasa ada yang menjaga dan mengarahkannya.
Terlebih di tengah perubahan zaman yang sangat cepat dan di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, petunjuk Allah melalui Rasulullah harus kita pegang lebih kuat lagi. Saat ini kita bisa rasakan bersama dunia sudah tak ada lagi batasan waktu dan tempat. Dunia seakan akan sudah tidak ada batasnya lagi.
Dunia seakan akan sudah ada dalam genggaman kita. Melalui berbagai macam penemuan dan inovasi alat-alat elektronik yang dari hari ke hari semakin canggih, apa yang sekarang sedang terjadi di ujung dunia bisa kita ketahui dalam hitungan jam, menit, bahkan detik. Konsekuensinya, segala informasi, baik itu positif dan negatif akan mudah di dapat. Dan tentunya petunjuk dan tuntunan dari Allah swtmelalui agama Islam sangat berguna dan bermanfaat untuk menghadapi perubahan dunia ini.
Pepatah bijak mengatakan: "Dengan teknologi hidup menjadi mudah. Dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup menjadi terarah." Dengan adanya agama yang kita pegang kuat maka akan mengarahkan kita untuk mengetahui mana informasi yang baik dan mana informasi yang buruk saat bermuamalah di dunia.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Di era informasi tanpa batas seperti ini, memang kita perlu waspada, mawas diri dan berhati hati terhadap berbagai macam informasi yang muncul di berbagai media baik cetak maupun elektronik, khususnya media elektronik yaitu internet. Internet ibarat dua sisi mata uang koin yang memiliki dua sisi. Di satu sisi, internet sangat bermanfaat bagi kita untuk pemenuhan kebutuhan akan informasi. Namun di sisi lain, dunia internet dapat membawa dan menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita.
Jika diibaratkan lebih luas, internet itu seperti hutan belantara. Jika kita hendak masuk dan menyusuri isinya, kita harus menyiapkan diri dengan pengalaman dan bekal yang cukup agar tidak tersesat di dalamnya. Di internet, khususnya di media sosial, banyak sekali informasi informasi yang menyesatkan, tidak bertanggung jawab, provokatif, tendensius yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu dengan motif dan misi kepentingan diri dan kelompoknya.
Tentunya ini akan sangat berbahaya bila kita dengan mentah-mentah menerima dan meyakininya. Kita mestinya harus lebih selektif dengan meneliti sumber berita atau dari mana dan dari siapa informasi tersebut berasal. Apalagi keterkaitannya dengan pemahaman pemahaman agama Islam yang berkembang sekarang ini. Melalui situs pencari data di internet seperti google dan mesin pencari data sejenisnya, banyak sekali kita temukan beragam informasi yang disebarkan dengan motif provokasi, menyerang, dan menyalahkan yang lainnya.
Tentunya jika tidak selektif maka ini dapat menjerumuskan diri kita kepada pemahaman yang tidak benar dalam beragama. Terlebih jika kita hanya memahami agama berdasarkan penafsiran dan logika kita sendiri tanpa mencari guru sebagai sumber perbandingan dan penjelasan. Bagi mereka yang sudah memiliki dasar kuat dengan modal ilmu yang sudah dipelajari semenjak kecil, paham keagamaan dan aliran yang muncul di tengah-tengah masyarakat sekarang ini, mungkin tidak begitu mengagetkan dan berpengaruh bagi mereka.
Namun bagi yang tidak atau belum memiliki modal pengetahuan agama mendalam atau mereka yang baru saja terbuka hatinya untuk belajar dan mendalami Islam, kondisi ini tentu rawan sekali.
Oleh sebab itu, kita haruslah waspada dan mawas diri serta selalu bertanya kepada para alim-ulama tentang pengetahuan Islam dan berbagai macam aliran yang muncul di zaman sekarang ini.
Jangan sampai kita belajar dan meyakini dasar-dasar islam hanya dari proses pencarian lewat google atau internet saja tanpa mengkaji terlebih dahulu dengan para alim ulama yang sudah jelas silsilah keilmuannya.
Apalagi sekarang sudah mulai banyak generasi muda dan para pelajar yang dengan gampang menerima serta meyakini aliran-aliran baru yang dasarnya belum mereka pahami. Mereka gampang terbawa pemahaman baru dengan mencari dasar hanya melalui internet saja.
Apa yang telah diberikan oleh orang tua dan guru ngajinya selama ini hilang begitu saja berganti dengan pemahaman-pemahaman yang dapat membuat mereka dengan mudahnya menyalahkan orang lain serta menganggap pemahaman merekalah yang paling benar. Sifat toleransi, saling menghargai, dan menghormati yang merupakan ciri khas budaya Indonesia sejak zaman dulu sudah mulai hilang berganti dengan keangkuhan, ekstrem, eksklusif, dan tertutup, serta mulai tidak menghargai budaya ketimuran.
Hal ini tentu sangat berbahaya karena dengan sedikit saja doktrin dan polesan pemahaman ekstrem, maka dengan mudah mereka bisa mengikuti pemahaman keras seperti terorisme dan lain sebagainya. Sehingga penting bagi kita untuk menjaga diri dan juga keluarga kita dari berbagai macam pemahaman dan aliran-aliran baru yang banyak muncul sekarang ini. Modali diri kita dan keluarga kita dengan pemahaman islam yang baik sehingga mudah-mudahan semua terhindar dari siksa api neraka.
Allah berfirman dalam Al-Quran surat At Tahrim ayat 6 : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Jamaah Jumat rahimakumullah
Selanjutnya kita perlu menyadari bahwa, Islam adalah agama rahmatan lil alamin yakni agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Semua manusia dengan berbagai macam latar belakang budaya, bahasa, warna kulit ada dalam Islam. Oleh karena itu dalam kehidupan umatnya, Islam sangat menjunjung tinggi perbedaan budaya.
Selama budaya kita tidak bertentangan dengan nilai nilai ajaran Islam, maka budaya tersebut hendaklah tetap dijaga untuk mencirikan keberagaman manusia.
Allah berfirman dalam Al-Quran Al Hujarat 13 :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."
Jamaah Jumat rahimakumullah
Sebagai bangsa yang berbudaya dan memiliki sejarah, kita haruslah sadar dengan melihat fakta bahwa kita saat ini hidup di Indonesia. Sebuah negara yang masyarakatnya memiliki kultur budaya yang berbeda beda. Perlu kita sadari juga bahwa kita bisa menikmati manisnya ajaran Islam seperti sekarang ini merupakan buah dari perjuangan para alim-ulama, Walisongo yang telah mensyiarkan Islam di Nusantara.
Mereka dengan bijaksananya memasukkan nilai nilai ajaran Islam melalui budaya masyarakat Indonesia dengan hikmah dan tanpa kekerasan.
Para wali benar-benar bijaksana dan mempu berdakwah dengan kearifan serta memegang firman Allah swt dalam Al-Qur'an surat An-Nahl 125 :
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Artinya: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk."
Oleh sebab itu, marilah kita sebagai umat Islam Indonesia senantiasa menjadi orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang hanya tinggal di Indonesia.
Sekali lagi "menjadi orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang hanya tinggal di Indonesia ". Artinya mari kita memegang teguh agama Islam dengan tidak meninggalkan kearifan budaya Indonesia yang kita miliki. Jangan sampai kita mengaku orang Islam, namun menafikan budaya Indonesia sendiri dengan memaksakan budaya-budaya lain yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara.
Mari pegang prinsip dan kaidah: "Almuhafadzatu alal qadimis shalih, wal akhdu biljadidil ashlah" yaitu mempertahankan kebiasaan baik yang telah ada selama ini dan mengambil hal-hal yang baru dan baik yang berkembang. Dengan prinsip ini, mudah mudahan kita akan dapat mewujudkan dengan sungguh sungguh konsep Islam sebaga rahmatan lil alamin yaitu agama yang membawa rahmat untuk seluruh manusia dan semesta alam.
Dengan prinsip ini juga kita berharap keislaman kita semakin kuat dengan tidak menghilangkan budaya luhur di tengah cepatnya perubahan zaman. Amin ya mujibas sailin...
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْن
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْاَحَدِ الصَّمَدِ الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِتِّحَادِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ دَعَانَا بِحُبِّ الْبِلَادِ. الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ أَرْسَلَ لِلْعَالَمِيْنَ اِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ أَمَّا بَعْدُ.
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللٰهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللٰهِ اِنَّ اللٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللٰهِ اَكْبَرُ
H Muhammad Faizin,