Ajaran KH Hasyim Asy’ari tentang Akhlak Guru:
Sebuah Refleksi Hari Guru 2023
Oleh: Puji Raharjo Soekarno
Indonesia merayakan Hari Guru Nasional ke-78 pada tahun 2023 dengan tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Tema ini mengajak seluruh komunitas pendidikan untuk bersama-sama merayakan kemerdekaan dalam belajar dan berkontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Peringatan ini bukan hanya seremonial, melainkan sebuah refleksi atas dedikasi dan pengorbanan para pendidik yang telah menjadi pilar dalam membangun karakter dan intelektual generasi penerus bangsa.
Euforia Hari Guru Nasional yang tercipta di seluruh penjuru negeri ini merupakan pengakuan atas kontribusi penting guru dalam membentuk sejarah dan masa depan bangsa. Momentum ini mengundang kita untuk menghargai dan merenungkan kembali esensi pendidikan dan peran guru dalam masyarakat.
Dalam semangat “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”, Hari Guru menjadi momentum introspeksi bagi para pendidik untuk kembali pada nilai-nilai dasar mengajar. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Peran guru tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai pembentuk karakter.
Para guru adalah arsitek masa depan yang dengan sabar dan tekun menanamkan nilai-nilai kebaikan, kebijaksanaan, dan keilmuan kepada para siswa. Hari ini, kita diajak untuk merenungkan kembali makna menjadi seorang guru, tidak hanya sebagai profesi, tetapi sebagai panggilan jiwa yang memerlukan dedikasi dan keikhlasan.
Peringatan Hari Guru tahun ini juga menjadi kesempatan untuk mengingat kembali ajaran-ajaran para ulama tentang pendidikan, terutama ajaran Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama.
Ajarannya, yang relevan baik di masa lalu maupun dalam konteks pendidikan modern, menjadi penting untuk diaplikasikan hari ini. Ini adalah waktu yang tepat untuk menggali kembali dan menerapkan nilai-nilai yang diajarkan oleh para ulama, sejalan dengan semangat merdeka belajar yang ditekankan dalam tema Hari Guru 2023.
20 Akhlak Pribadi seorang Guru Menurut KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy’ari, merupakan ulama besar yang sangat dihormati dalam sejarah Indonesia. Beliau tidak hanya dikenal sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai pendidik yang memiliki pandangan mendalam tentang pendidikan.
Sebagai seorang pendidik, KH Hasyim Asy’ari juga dikenal produktif dalam menulis, dengan karya-karyanya yang mencakup berbagai subyek, memberikan sumbangan penting dalam literatur Islam dan pendidikan. Ajarannya telah memberikan inspirasi bagi banyak generasi, khususnya dalam konteks pendidikan dan pembinaan karakter.
Karya-karyanya yang luas dan beragam ini tidak hanya menunjukkan keilmuannya yang mendalam, tetapi juga komitmennya dalam menyebarkan pengetahuan dan nilai-nilai etis melalui pendidikan.
Dalam kitabnya, "Adabul Alim wal Muta’allim", KH Hasyim Asy’ari menyajikan panduan mendalam tentang etika murid dan guru dalam pendidikan, yang terbagi dalam delapan bab. Kitab ini tidak hanya membahas tata cara dan perilaku dalam proses belajar mengajar, tetapi juga menekankan pentingnya akhlak dalam dunia pendidikan.
Salah satu bab khusus dalam kitab ini secara khusus membahas tentang akhlak pribadi seorang guru. Bab ini menguraikan dua puluh akhlak pribadi yang esensial bagi seorang guru, sebagai berikut:
1. Menjaga ketenangan.
2. Memiliki wara’ (menjaga diri dari hal-hal yang meragukan).
3. Menunjukkan tawaduk (rendah hati).
4. Khusyuk dalam beribadah kepada Allah swt.
5. Memasrahkan semua urusan kepada Allah swt.
6. Tidak menjadikan ilmu sebagai alat untuk mencapai tujuan duniawi.
7. Tidak memuliakan orang yang hanya mengejar dunia, kecuali jika ada manfaat yang lebih besar.
8. Berperilaku zuhud dan hidup sesuai standar qana’ah, cukup untuk diri sendiri dan keluarga.
9. Menjauhi pekerjaan yang rendah dan hina, serta yang makruh menurut adat dan syariah.
11. Menghindari tempat-tempat yang dapat menimbulkan prasangka buruk.
12. Menjaga keistiqamahan dalam menjalankan syiar-syiar Islam.
13. Melestarikan sunnah, membasmi bid’ah, dan memperhatikan masalah agama serta urusan umat.
14. Menghiasi perbuatan dan pekerjaan dengan sunnah, seperti membaca Al-Quran dan berzikir.
15. Memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik.
16. Membersihkan jiwa dan raga dari akhlak tercela dan membangunnya dengan akhlak mulia.
17. Terus menerus meningkatkan ilmu dan beribadah dengan sungguh-sungguh.
18. Tidak segan bertanya kepada orang lain tentang hal yang tidak diketahui, meskipun orang tersebut secara jabatan atau nasab berada di bawahnya.
19. Aktif dalam menulis, meringkas, dan menyusun karya ilmiah jika mampu.
20. Selalu merasa diawasi oleh Allah swt, baik ketika sendiri maupun di hadapan orang lain.
21. Senantiasa takut kepada Allah swt dalam setiap gerak, diam, ucapan, dan perbuatan, mengingat bahwa ilmu, hikmah, dan rasa takut adalah amanah yang harus dijaga.
Refleksi Ajaran Hadratus Syaikh dengan Kekinian
Dalam konteks kekinian, ajaran KH Hasyim Asy’ari tentang akhlak guru memiliki relevansi yang mendalam. Di era digital dan informasi yang serba cepat ini, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin kompleks.
Namun, esensi dari ajaran tersebut tetap fundamental: seorang guru harus memiliki integritas, keikhlasan, dan dedikasi yang tinggi dalam mendidik. Akhlak seperti ketenangan, tawaduk, dan khusyuk menjadi semakin penting di tengah gempuran informasi dan distruksi yang tak terelakkan.
Penerapan akhlak yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari tidak hanya relevan dalam konteks tradisional pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam menghadapi tantangan zaman modern, terutama dalam menghadapi kemajuan teknologi dan perubahan sosial.
Dalam era di mana pendidikan sering kali terpengaruh oleh komersialisasi, sikap zuhud dan prinsip tidak menggunakan ilmu untuk tujuan duniawi menjadi sangat penting. Guru harus mampu menavigasi antara kebutuhan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran dan menjaga nilai-nilai pendidikan yang tidak terkomersialisasi.
Selain itu, keistiqamahan dalam menjalankan syiar Islam dan menjaga akhlak baik menjadi kunci dalam membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara spiritual dan moral.
Di era yang serba terbuka dan sering kali tanpa filter ini, peran guru dalam menjaga reputasi dan integritasnya menjadi semakin menantang. Menghindari tempat-tempat yang dapat menimbulkan prasangka buruk dan menjaga keistiqamahan dalam syiar Islam menjadi sangat relevan.
Guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya, tidak hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam perilaku dan akhlak. Hal ini menjadi semakin penting di era media sosial, di mana setiap tindakan dan ucapan guru dapat dengan mudah tersebar dan dilihat oleh banyak orang.
Dalam konteks era media sosial, penting bagi guru untuk cermat dan cerdas dalam bermedia sosial. Mereka harus menyadari bahwa apa yang mereka bagikan dan komentari di platform media sosial dapat mempengaruhi bagaimana mereka dilihat oleh siswa, orang tua, dan masyarakat luas.
Guru harus menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memperkuat pesan positif dan edukatif, serta menjauhi konten yang kontroversial atau yang dapat merusak reputasi profesional mereka. Media sosial harus dilihat sebagai alat untuk memperkuat posisi guru sebagai pendidik dan pembimbing, bukan sebaliknya.
Selain itu, integritas dan karakter guru menjadi semakin penting di era digital. Guru harus menunjukkan integritas tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di dunia maya. Mereka harus menjadi panutan dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan etis.
Dengan menjaga integritas dan karakter yang baik, guru tidak hanya memperkuat posisi mereka sebagai pendidik yang dipercaya, tetapi juga membantu siswa memahami pentingnya menjaga etika dan integritas dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam penggunaan media sosial dan teknologi.
Refleksi atas Hari Guru 2023 dan ajaran Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang esensi menjadi seorang guru. Di tengah perubahan zaman yang cepat, nilai-nilai dasar yang diajarkan oleh beliau tetap relevan dan menjadi panduan bagi para pendidik untuk menjalankan tugas mulianya.
Ini adalah saatnya bagi para guru untuk kembali pada akar-akar pendidikan yang sejati, yaitu pembentukan karakter dan keilmuan yang berlandaskan nilai-nilai luhur. Nilai-nilai yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy'ari, meskipun berasal dari zaman yang berbeda, tetap relevan dengan realitas kekinian dan harus menjadi panduan bagi para pendidik.
Peringatan Hari Guru ini juga menjadi pengingat bagi kita semua, baik sebagai masyarakat maupun pemerintah, untuk terus mendukung dan menghargai peran guru. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang setiap hari berjuang demi masa depan bangsa.
Dukungan moral dan material, serta penghargaan yang layak, adalah hal minimal yang bisa kita berikan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka. Lebih dari itu, nilai-nilai yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy'ari harus menjadi panduan bagi para pendidik dalam menghadapi tantangan zaman, sehingga tema "Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar" dalam peringatan Hari Guru ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga implementatif dalam praktik pendidikan sehari-hari.
Dengan mengimplementasikan nilai-nilai ini, para guru tidak hanya mengajar mata pelajaran, tetapi juga membentuk karakter siswa yang kuat, beretika, dan berwawasan luas. Ini adalah kontribusi nyata para pendidik dalam membangun masa depan bangsa yang lebih cerah.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mengakui dan menghargai peran penting guru dalam masyarakat, dan memastikan bahwa nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari terus hidup dan berkembang di tengah-tengah kita.
Puji Raharjo Soekarno, Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung, Alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur
Editor: Edi Saputra, S.Pd.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar