Rabu, 05 April 2023

PUASA DARI SUDUT PANDANG SUFISTIK (TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI)


PUASA DARI SUDUT PANDANG SUFISTIK (TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI)
Oleh: Edi Saputra, S.PdI

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

       Selama ini banyak orang yang berpuasa tetapi tidak berbekas. Sebab, mereka tidak memenuhi kriteria puasa secara sufistik. Apa saja kriteria puasa secara sufistik itu?

Pertama-tama, ibadah apapun bagi pejalan Spiritual atau kaum sufi secara umum bisa dikerangkakan ke dalam tiga langkah atau tahapan, yaitu takhalli, tahalli dan tajalli.

- Tahlil secara bahasa berarti mengosongkan, dalam terminologi tasawuf berarti membersihkan diri dari berbagai dosa yang mengotori jiwa, baik dari dosa lahir maupun dari dosa batin, atau istilah al-Ghazali itu penyakit hati. 

Yang dimaksud dosa lahir di sini adalah setiap perbuatan dosa yang melibatkan aspek fisik atau badan jasmani kita. Contohnya seperti membunuh, berzina, merampok, mencuri, mabuk-mabukan, menyalahgunakan narkoba dan sebagainya. 

Adapun yang termasuk dosa batin atau dosa yang timbul dari aktivitas hati antara lain berdusta, menghina orang lain, memfitnah, ghibah, dendam, iri, dengki, riya, ujub, takabur dan sebagainya.

- Adapun tahalli secara bahasa berarti menempatkan atau mengisi. 
Dalam dunia tasawuf berarti mengisi atau menghiasi diri dengan berbagai amal saleh, baik amalan lahir maupun amalan batin. 
Atau kalau lebih dalam lagi, berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji dengan “meniru” akhlak atau sifat-sifat Allah serta meneladani akhlak Rasul Allah. 

Dalam kaitan ini misalnya ada hadits yang sudah cukup populer karena sering dikutip, takhallaqu bi akhlaqillah. Mengenai keteladanan Rasul ada ayat, laqad kana lakum fi rasullillah uswatun hasanah.

- Sedangkan tajalli merupakan hasil atau buah dari dua langkah sebelumnya, takhalli dan tahalli, yang berupa tersingkapnya selubung atau hijab yang menghalangi seorang manusia dengan Tuhan, sehingga ia benar-benar dekat dengan Allah, sudah benar-benar merasakan kehadiran Allah secara intens. Bahkan pengalaman spiritual yang lebih intens lagi melalui proses tajalli ini adalah bersanding, "bahkan bersatu dengan-Nya".

       Dalam pandangan pejalan Spiritual atau kaum sufi, kualitas ruhani manusia itu pada dasarnya adalah suci, dalam istilah agama disebut fitrah, karena memang ia bersumber dari Allah SWT langsung. 

Nabi sendiri pernah bersabda: “Setiap (bayi) yang dilahirkan pada mulanya bersifat suci (fitrah), kedua orangtuanya lah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” Jadi kualitas ruhani manusia itu sebermulanya laksana kaca yang sangat bening, yang dapat menerima dan memantulkan kembali dengan sempurna setiap cahaya yang datang. 

Demikian halnya jiwa yang suci dapat menerima dengan sempurna cahaya kebenaran (hidayah) dari Tuhan untuk kemudian memantulkannya kembali dengan sempurna dalam bentuk akhlaq al-karimah.

       Seperti ibadah-ibadah lainnya, puasa bagi kaum sufi adalah sebagai sarana atau media untuk melakukan takhalli, tahalli, dan pada akhirnya mencapai tajalli. Bahkan, dibanding dengan ibadah-ibadah lainnya, puasa merupakan media atau sarana yang paling lengkap untuk melakukan ketiga langkah tersebut.

Puasa, secara bahasa berarti imsak (menahan, menghentikan, atau mengendalikan). Dalam dunia tasawuf, yang dimaksud puasa adalah menahan atau mengendalikan hawa nafsu, yang kalau ia tidak terkendali akan menjadi sumber dan penyebab terjadinya berbagai dosa dan kejahatan, baik dosa lahir maupun dosa batin yang dapat mengotori dan merusak kesucian jiwa. 

Jadi lingkup hawa nafsu di sini bukan cuma mengekang nafsu makan dan nafsu seksual saja. Pengendalian nafsu yang merupakan inti dari puasa itu dengan sendirinya dapat menghindarkan manusia dari segala dosa, yang dalam istilah tasawuf disebut dengan takhalli .

Sebab orang yang berpuasa tetapi masih juga melakukan berbagai dosa, baik dosa lahir maupun dosa batin, berarti dia tidak mampu mengendalikan nafsu, dan karena itu puasa yang dilakukannya tidak bernilai sama sekali. 

Dalam sebuah hadits diriwayatkan, pada bulan Ramadan ada seorang wanita mencaci maki pembantunya. Ketika Rasalullah mengetahui kejadian tersebut, beliau menyuruh seseorang untuk membawa makanan dan memanggil wanita itu, lalu Rasulullah bersabda, “makanlah makanan ini”. Wanita itu menjawab, “saya ini sedang berpuasa ya Rasulullah.” Rasululah bersabda lagi, “Bagaimana mungkin kamu berpuasa padahal kamu mencaci-maki pembantumu. 

Sesunguhnya puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal-hal yang tercela. Betapa banyaknya orang yang berpuasa, dan betapa banyaknya orang yang kelaparan.”

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa orang yang hanya menahan lapar dan dahaga saja, tetapi tidak sanggup mewujudkan pesan moral di balik ibadah puasa itu, yaitu berupa takhalli dari dosa lahir dan batin, maka puasanya itu tidak lebih dari sekedar orang-orang yang lapar saja. 

Hal ini sesuai juga dengan hadits Nabi yang lain, “Banyak sekali orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.”

       Puasa juga melatih orang untuk bertahalli, yakni mengisi dan memenuhi jiwa dengan berbagai perbuatan dan akhlak yang baik. Karena itu, walaupun tidur orang yang berpuasa masih dinilai ibadat, dia juga disunnahkan untuk banyak-banyak melakukan ibadat, seperti salat malam atau qiyam al-lail dengan tarawih dan tahajjud, membaca al-Qur’an, yakni tadarrus dan tadabbur, i’tikaf di masjid, banyak berzikir dan berdoa, banyak bersedekah, menolong orang yang kelaparan dan kesusahan, dan berbagai amal saleh lainnya.

Tujuan utama puasa sesuai dengan penjelasan al-Qur’an adalah untuk mencetak manusia bertaqwa, yang memiliki karakteristik antara lain: beriman pada yang gaib, menegakkan salat, berinfak, beriman pada al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya, yakin akan terjadinya akhirat, mendapat hidayah dan selalu memperoleh kemenangan atau kebahagiaan. 

Atau dalam rumusan lain memiliki sifat dermawan, mampu mengendalikan emosi, pemaaf, mawas diri (selalu instrospeksi diri) dan selalu berbuat baik (produktif).

       Orang taqwa juga selalu menegakkan salat dalam arti selalu memenuhi aktifitas hidup dan jiwanya dengan berbagai macam ibadat, membaca ayat Allah, zikir, doa dan amal saleh lainnya baik berupa lahir maupun batin. 

Orang yang menegakkan shalat juga selalu terhindar dari segala macam dosa dan maksia, karena salat akan menjadi penjegah orang taqwa dari segala perbuatan dan akhlak yang keji dan munkar.

Orang taqwa juga bersifat dermawan, memiliki kepekaan atau solidaritas sosial yang tinggi, sehingga ia selalu menolong orang yang lemah, menggunakan segala kekuasaan dan kekayaannya untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama, tidak bersifat rakus, tamak, egois dan individualis.

Orang taqwa juga mampu mengendalikan emosi, dia akan tetap berpikir dingin dan jernih meskipun dalam kondisi terjepit atau terpepet; dia akan tetap dapat berbuat adil meskipun terhadap musuh atau orang yang dibencinya. 
Dia juga akan selalu bersifat lapang dada, menerima dan memaafkan kesalahan orang lain meskipun itu sangat menyakitkan.

Orang taqwa juga selalu mawas diri, senantiasa menerima kritikkan orang lain demi kebaikan, karena itu ia selalu berskap inklusif, terbuka dan selalu menghargai pendapat dan informasi orang lain, meskipun hal itu berbeda atau bertentangan dengan pendapatnya.

Orang taqwa juga yakin pada akhirat, dalam arti selalu berorientasi masa depan, tidak mengejar kesenangan dan kebahagiaan sesaat yang menipu, menghargai waktu, selalu bersikap produktif inovatif, hemat dalam menggunakan energi dan fasilitas, tidak bermewah-mewah apalagi memamerkan kekayaan, hidup sederhana.

       Malam Qadr, malam yang ditentukan, malam yang istimewa, yang juga disebut malam penuh berkah itu, dalam terminologi tasawuf digunakan untuk menggambarkan kondisi puncak spiritual Nabi Muhammad SAW, yakni pencapaian tajalli, tersingkapnya hijab atau dinding yang menghalangi beliau dengan Tuhannya. 

Karena itu al-Qur’an menggambarkanya sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. 
Malam di mana Malaikat Jibril mewakili Tuhan bertanazzul ke dalam jiwa Nabi Muhammad, menerima wahyu berupa al-Qur’an, dengan izin Allah, dan membawa kedamaian, keselamatan dan kebahagian sampai terbit fajar.

Rasulullah mencapai tajalli, yang digambarkan dengan lailat al-qadr, setelah beliau menjalani tahapan takhalli dan tajalli dengan tahannuts di gua Hira dan ibadah puasa. 

Malaikat (yang mewakili Allah) bertanazzul pada malam itu, dapat diartikan Nabi Muhammad telah berhasil mendekati Allah, bersanding bahkan bersatu dengan-Nya. 
Segala sifat-sifat atau nilai-nilai ketuhanan telah merasuk atau mengalami internalisasi dalam jiwa Nabi Muhammad. 

Nabi Muhammad juga memperoleh pencerahan berupa wahyu al-Qur’an, sebagai anugerah Allah, yang berfungsi sebagai pedoman dan petunjuk dalam mengarungi hidup dan kehidupan, yang akan mengantar umat manusia pada kedamaian, keselamatan dan kebahagiaan; dan akan membawa fajar kehidupan baru yang lebih baik seribu kali lipat dibandingkan kondisi kehidupan umat manusia sebelumnya.

       Orang yang mengikuti langkah Nabi Muhammad bertakhalli dan tahalli dengan ibadah puasa juga akan berhasil mencapai tajalli, memperoleh lailat al-qadr, walaupun kualitasnya tidak sama dengan yang dicapai oleh Nabi Muhammad sendiri. 

Ia bisa mendapat tanazzul, bersanding dan bersatu dengan Tuhan, menyerap sifat-sifat, nilai-nilai dan cahaya ketuhanan; memperoleh pencerahan berupa ilham dan inspirasi kebaikan; memantulkan kembali sifat-sifat dan nilai-nilai ketuhanan dengan membawa kedamaian, keselamatan dan kebahagiaan bagi diri dan masyarakat.

       Pendeknya, orang yang mencapai lailat al-qadr akan mengalami revolusi spiritual, ia memiliki kualitas jiwa yang jauh lebih baik dibandingkan manusia lainnya. 

Namun demikian, kualitas tajalli atau lailat al-qadr yang akan dicapai tiap orang yang berpuasa itu akan berbeda-beda, demikian juga waktu pencapaiannya, tergantung pada intensitas dan kegigihan masing-masing dalam melakukan takhalli dan tahalli dengan atau selama menjalani puasanya itu. 

Karena itu, bisa jadi ada yang berhasil menjumpai lailat al-qadr pada tanggal 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan. 

Inilah yang dimaksud bahwa lailat al-qadr akan datang pada tanggal-tanggal ganjil sepertiga terakhir bulan Ramadan itu.
Semoga artikel ini bermanfaat dan salam Silaturahmi..

Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.


LIHAT JUGA:

LIHAT JUGA: 




LIHAT JUGA:




Lihat Juga:

LIHAT JUGA:

TERBARU 🛑CARA MEMPERBAIKI DATA PADA SIMPATIKA

CARA MENDAFTAR PPG SERTIFIKASI GURU

TIPS MENDIDIK ANAK MENURUT SUNNAH OLEH HABIB NOVEL

CARA SUNNAH MINUM AIR DAN MANFAATNYA



LIHAT JUGA:

ANK SUPIR ANGKOT JADI POLISI TERBAIK

ANAK TUKANG GORENGAN JADI TENTARA TNI

🛑DAHSYATNYA DOA SEORANG IBU


LIHAT JUGA:

SOSIALISASI UP BAGI GURU SETTIFIKASI PPG DALJAB

SOSIALISASI PRE TEST PPG DALAM JABATAN

♦️AMALAN DALAM ADZAN HABIB SYECH

📌TATA CARA WUDHU 


LIHAT JUGA:

DOA YANG AKAN MEMBUAT KITA DIKEJAR REJEKI8

FILOSOFI DIBALIK LOGO KEMERDEKAAN RI TAHUN 2022

DO'A MAKNA SESUNGGUHNYA


LIHAT JUGA

BEASISWA GURU PAI DAN KEAGAMAAN

CARA REGISTRASI DAFTAR PELATIHAN DIWEB PINTAR KEMENAG

CARA MUDAH CEPAT CETAK KARTU ASN BKN






LIHAT JUGA:

Jangan Lupa juga untuk bergabung digroup:

WhatsApp #1 Klik disini

WhatsApp #2 Klik disini

WhatsApp #SahabatRA/MadrasahIndonesia Klik Disini

WhatsApp #SahabatGURU Klik disini

Telegram #1 Klik disini

Mohon dengan IKHLAS untuk Klik LIKE, SHARE dan SUBSCRIBE Channel Youtube. Silahkan kunjungi KLIK DISINI

Terima Kasih atas kunjungannya, mohon doa' agar kami sekeluarga diberikan kesehatan dan blog ini terus berkembang serta berguna bagi semua orang. 

Memberi manfa'at baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin

TIGA KUNCI SUKSES PUASA

TIGA KUNCI SUKSES PUASA
Oleh: Edi Saputra, S.PdI


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  

Ramadhan adalah karunia yang luar biasa! Alhamdulillah karunia ini teramat sangat berharga. Tapi, akankah kesempatan berpuasa dapat dijalani sampai akhir?

Ramadhan hadir sebagai solusi bagi orang-orang beriman. 
Tabiat jiwa manusia cenderung melemah. Keimanan pun fluktuatif, terkadang naik dan turun. 
Pada saat  manusia sangat membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah (spiritual) untuk menghadapi berbagai problematika hidup yang sulit dan berat, Ramadhan hadir ke tengah-tengah kehidupan kita. 

Dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan bantuan dan sekaligus pertolongan kepada umat manusia dalam menghadapi kondisi berat, sehingga dapat  keluar dari permasalahan yang berat dan sulit tersebut. 
Ini berarti Ramadhan adalah nikmat dan karunia Ilahi.

Untuk bisa meraih sukses di bulan Ramadhan ini, ada tiga kunci yang harus kita perhatikan.

√ Kunci pertama, Ramadhan adalah syahrul muhasabah (bulan bercermin diri).

“Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan pun dibelenggu.” (HR. Muslim)

Ramadhan merupakan momen penting dan sangat tepat untuk melihat diri kita yang sebenarnya, apa adanya. Karena selama Ramadhan Allah dengan kuasa-Nya membelenggu syetan-syetan.


Maka janganlah lagi menuduh syetan ketika kita suka melanggar tuntunan Allah dan bermaksiat kepada-Nya di bulan Ramadhan ini. Itulah kita yang sesungguhnya. 
Syetan sudah tidak berdaya menggoda manusia di bulan Ramadhan. 
Berarti pula setiap muslim sangat mungkin memperbaiki kepribadiannya dengan mudah selama bulan Ramadhan ini.

√ Kunci kedua, Ramadhan adalah syahrut tarbiyah (bulan pembinaan diri).

Selama sebulan Allah men-training hamba-Nya agar dengan pelatihan ibadah Ramadhan. 
Dalam pelatihan ini, seorang muslim bisa mendapat gelar agung ‘muttaqin’.
Gelar ini jauh lebih tinggi dari gelar Profesor, Doktor, dokterr, insinyur dan sebagainya, karena semua gelar ini diberikan oleh manusia sedangkan gelar ‘muttaqin’ adalah gelar dari Allah Sang Pencipta dan Penguasa tunggal seluruh alam raya. 

Jika demikian, maka Ramadhan dengan segala jenis ibadah di dalamnya menuju pembentukan pribadi taqwa harus memiliki sentuhan hati, fisik, aqliyah, akhlak, dan juga sosial.

Hati orang arang yang berpuasa seharusnya merasakan nikmatnya zikrullah dan manisnya ibadah dengan ruh keikhlasan yang menyejukkan hati. 

Sebagaimana Rasulullah menyampaikan hadits qudsi; “Semua amalan anak Adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku.” 

Fisiknya sepertinya tidak mengenal lelah padahal ia sedang berpuasa, tidak makan dan tidak minum. 

Subhanallah, keajaiban tuntunan hidup dari Allah. Bukankah perang Badar yang hebat itu terjadi di bulan Ramadhan? Dan Rasulullah saw beserta para sahabat justru memenangkannya. 

Maka fisik orang yang sedang puasa bagi orang-orang yang soleh tidak mengenal kamus tidur melulu sepanjang hari-hari Ramadhan.

Akhlak yang lebih menawan juga harus terbentuk selama Ramadhan. Karena puasa sejatinya bukanlah sekadar tidak makan dan minum tapi juga menahan diri agar tidak muncul akhlak yang tercela. 

Subhanalah, bagaimana tidak menawan, Allah dan Rasulullah membimbing orang-orang yang berpuasa agar tidak membalas kejahatan yang dideritanya. 

Jika demikian mungkinkah orang yang membiasakan diri tidak membalas kejahatan orang lain akan iseng memulai kejahatan kepada orang lain? Inilah bimbingan Ilahiyah: Apabila sesorang diantara kalian sedang berpuasa maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah membuat suasana gaduh dan apabila seseorang memaki dia dan menantangnya berkelahi maka katakanlah: ‘Aku sedang berpuasa.’

Suasana sosial kemasyarakatan juga terasa indah dan begitu damai selama Ramadhan. 
Dengan ringan hati setiap muslim berebut memberi takjil dan buka puasa. Para dermawan sangat peduli pada para fakir miskin dan anak yatim. Suasana persaudaraan semakin nampak. Ramadhan benar-benar bulan istimewa.

√ Kunci ketiga, Ramadhan adalah syahrud dua’ (bulan berdoa).

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
(Wa iżā sa`alaka 'ibādī 'annī fa innī qarīb, ujību da'watad-dā'i iżā da'āni falyastajībụ lī walyu`minụ bī la'allahum yarsyudụn)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ayat ini terletak persis setelah ayat tentang puasa Ramadhan. Ini menunjukkan betapa sangat pentingnya doa-doa di bulan Ramadhan khususnya pada sepertiga malam yang terakhir. 

Tidak ada kekecewaan sedikitpun bagi yang memohon pada Allah. Berdoa berarti yakin akan dikabulkan. Berdoa berarti ada harapan besar di masa depan. 

Berdoa menunjukkan kedekatan. Berdoa berarti ada kesadaran bahwa kita butuh pada Allah. Dan berdoa berarti sikap tawadhu’, jauh dari kesombongan. Juga, berdoa berarti kesuksesan sedang menanti.

       Puasa seyogjanya menjadi pusat latihan untuk menjadi lebih baik pada sebelas bulan setelahnya.  Puasa seharusnya menjadi cermin bagi setiap muslim untuk introspeksi diri sekaligus dibarengi sebuah komitmen untuk mengubah dirinya kearah yang lebih baik di masa yang akan datang. 

Kita berharap bahwa puasa yang kita lakukan benar-benar dapat memberikan dampak positif bagi kita, utamanya dapat mengusir
sifat-sifat negative yang selama ini banyak melekat dalam diri kita, seperti kikir, malas, sombong, suka menggunjing, riya, dan sebagainya, dan sekaligus menarik sifat-sifat terpuji kedalam diri kita. 

Momen Ramadhan ini terlalu berharga untuk kita lewati, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Ramadhan ini terlewati. 

Namun ingatlah bahwa apapun yang akan terjadi, bila kita telah memiliki tekad yang kuat di hati kita untuk terus memperbaiki diri, maka semua hal akan menjadi lebih mudah untuk dijalani.

Semoga dengan tiga kunci diatas, kita semua sukses meraih gelar ‘muttaqin’ di bulan Ramadhan ini.
Aamiin...

Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.

Referensi: Dikutip dari berbagai sumber


LIHAT JUGA:

LIHAT JUGA: 




LIHAT JUGA:




Lihat Juga:

LIHAT JUGA:

TERBARU 🛑CARA MEMPERBAIKI DATA PADA SIMPATIKA

CARA MENDAFTAR PPG SERTIFIKASI GURU

TIPS MENDIDIK ANAK MENURUT SUNNAH OLEH HABIB NOVEL

CARA SUNNAH MINUM AIR DAN MANFAATNYA



LIHAT JUGA:

ANK SUPIR ANGKOT JADI POLISI TERBAIK

ANAK TUKANG GORENGAN JADI TENTARA TNI

🛑DAHSYATNYA DOA SEORANG IBU


LIHAT JUGA:

SOSIALISASI UP BAGI GURU SETTIFIKASI PPG DALJAB

SOSIALISASI PRE TEST PPG DALAM JABATAN

♦️AMALAN DALAM ADZAN HABIB SYECH

📌TATA CARA WUDHU 


LIHAT JUGA:

DOA YANG AKAN MEMBUAT KITA DIKEJAR REJEKI8

FILOSOFI DIBALIK LOGO KEMERDEKAAN RI TAHUN 2022

DO'A MAKNA SESUNGGUHNYA


LIHAT JUGA

BEASISWA GURU PAI DAN KEAGAMAAN

CARA REGISTRASI DAFTAR PELATIHAN DIWEB PINTAR KEMENAG

CARA MUDAH CEPAT CETAK KARTU ASN BKN






LIHAT JUGA:

Jangan Lupa juga untuk bergabung digroup:

WhatsApp #1 Klik disini

WhatsApp #2 Klik disini

WhatsApp #SahabatRA/MadrasahIndonesia Klik Disini

WhatsApp #SahabatGURU Klik disini

Telegram #1 Klik disini

Mohon dengan IKHLAS untuk Klik LIKE, SHARE dan SUBSCRIBE Channel Youtube. Silahkan kunjungi KLIK DISINI

Terima Kasih atas kunjungannya, mohon doa' agar kami sekeluarga diberikan kesehatan dan blog ini terus berkembang serta berguna bagi semua orang. 

Memberi manfa'at baik di dunia maupun di akhirat. Aamiin

Penilaian Evaluasi Kinerja pada Aplikasi e-Kinerja BKN

Penilaian Evaluasi Kinerja pada Aplikasi e-Kinerja BKN Penilaian Evaluasi Kinerja pada Aplikasi e-Kinerja BKN Nomor : B-3192/SJ/B.III/KP.02....